Al-Hadis merupakan sumber hukum utama sesudah Al-Quran. Seluruh
umat Islam sepakat bahawa hadis Rasul merupakan sumber hukum setelah al-Quran.
Keberadaan al-Hadits merupakan realitas nyata dari ajaran Islam yang terkandung
dalam al-Quran. Hal ini karena tugas Rasul adalah sebagai pembawa risalah dan
sekaligus menjelaskan apa yang terkandung dalam risalah yakni Al-Quran.
Sedangkan Al-Hadis, hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari
ajaran al-Quran itu sendiri. Adanya rentang
waktu yang panjang antara Nabi dengan masa pembukuan hadits adalahsalah satu
problem. Perjalanan yang panjang dapat memberikan peluang adanya penambahanatau
pengurangan terhadap materi hadits. Selain itu, rantai perawi yang banyak juga
turut memberikan kontribusi permasalahan dalam meneliti hadits sebelum akhirnya
digunakan sebagai sumber ajaran agama.
Mengingat
banyaknya permasalahan, maka kajian-kajian hadits semakin meningkat sehinggakan
upaya terhadap penjagaan hadits itu sendiri secara historis telah dimulai sejak
masa sahabat yang dilakukan secara selektif. Para muhaddisin, dalam menentukan dapat
diterimanya suatu hadits tidak mencukupkan diri hanya pada terpenuhinya
syarat-syarat diterimanya rawi yang bersangkutan.
Hal ini disebabkan karena mata rantai rawi yang teruntai dalam
sanad-sanadnya sangatlah panjang. Oleh
karena itu, haruslah terpenuhinya syarat-syarat lain yang memastikan kebenaran perpindahan
hadits di sela-sela mata rantai sanad tersebut. Dari sudut lain
pula, adakah hadits tersebut sejalan dengan dengan ajaran al-Quran ataupun
sebaliknya. Ada pula dari sudut lain, adakah hadits-hadits tersebut bersesuaian
dengan fakta sejarah, fakta ilmiah dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti satu hadis dari Ibnu
Majah yang terkait dengan talak. Penelitian ini akan meneliti tentang sanad,
rawi, dan matannya.
Penelitian Sanad
Dalam penelitian
ini saya telah ambil satu hadis dari kitab Ibnu Majah yang terkait dengan
talak. Dan ini adalah hadisnya :
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا يزيد بن هارون (ح) و حدثنا محمد بن
خالد بن خداش و محمد يحيى قالا حدثنا عبدالرحمن بن مهدى حدثنا حمّاد بن سلمة عن
حمّاد عن إبراهيم عن الأسواد
عن عائشة أنّ رسول الله صلّى الله و سلم قال رفع القلم عن ثلاثة عن
النائم حتّى يستيقظ و عن الصغير حتّى يكْبر و عن المجنون حتّى يعقل أو يفيق
قال أبو بكر في حديثه و عن المبتلى حتّى يبْرأ [1]
أنّ القلم رفع عن ... خ حدود 22 ,, طلاق 11 ,, د حدود 17 "ت حدود 1,, جه طلاق 15,,دى حدود 101 ,, حم 6 ..101..144[2]
Ranji Sanad Hadis
رسول الله صلى الله عليه وسلم
|
عن حمَّد
|
عن الأسواد
|
عن عائشة
|
حدثنا أبي بكر بن أبي شيبة
|
حدثنا يزيد بن يحيى
|
حدثنا محمد بن خالد بن خداشقالا محمد بن يحي
|
حدثنا حمّاد بن سلمة
|
حدثنا عبدالرمن بن مهدى
|
ابن مجه
|
2.1.2 Meneliti Biografi dan Jarh Wa-Ta’dil
No
|
Nama
|
Tahun wafat/
Lahir
|
Guru
|
Murid
|
Jarh Wa Ta’dil
|
Aisyah
binti Abi Bakar As-Siddiq[3]
|
Bulan
Syawal, Tahun 58
|
8 orang
Nabi saw,
Fatimah
Az-Zahra,
Abu bakar
As-Siddiq,
Al-Kasir
At-Thayyib
|
234 orang
al-Aswad
bin yazid An—Nakha’iy
Aiman
Al-Makiy
Ishak
Bin Umar
Ishak
bin Talhah bin Ubaidillah
|
Az-Zuhri
: sebaik-baik jami’ an-Nisa adalah ilmunya Aisyah yang afdal
|
|
2
|
Al-Aswad
bin Yazid bin Qais An-Nakha’i[4]
|
Wafat
di Kufah
Tahun
57
Tahun
47
|
15 orang
Bilal
bin Rabah,
Sulaiman
al-Farisi,
Aisyah,
Ummu
Salamah.
|
14 orang
Ibrahim bin
Yazid An-Nakha’iy,
Abdurrahman
bin al-Aswad,
Ibrahim
bin Suwaidi An-Nakhaiy,
Abu
Fakhtah Sa’id bin ‘Alaqah
|
Muhammad
bin Sa’id : Tsiqqah
Abu
Thalid berkata dari Ahmad : Tsiqqah
Ishak
berkata dari Yahya : Tsiqqah
|
3
|
Ibrahim
bin Yazid bin Qais bin al-Aswad[5]
|
28 orang
Al-Aswad
bin yazid
Khasaimah
bin Abdurrahman
Ar-Rahil
bin Khusim
Abi
Ash’asak Salim Aswaz Al-Muharabiy
|
36 orang
Ibrahim
bin Muhajir Al-Bajaliy
Hakim
bin Jubair
Hammad
bin Abi Sulaiman
Al-Hakam
bin ‘Utaibah
|
Aisyah
berkata : Mufti Ahlul Kufah
|
No
|
Nama
|
Tahun
wafat / lahir
|
Guru
|
Murid
|
Jarh
Wa Ta’dil
|
4
|
Hammad
Bin Abi Sulaiman[6]
|
110
H
|
11
orang
Ibrahim
An-Nakhaiy
Anas
bin Malik
Zaid
bin Wahb
Said
bin Jubair
|
30
orang
Ismail
bin Hammad bin Abi Sulaiman
Jarir
bin Ayyub Al-Bajaliy
Hafs
bin Umar Qais Halab
Al-Hakim
bin Utaibah
|
Yahya
bin Ma’in : Tsiqqah
Dari
Aisyah : Himmad menghafaz hukum
|
5.
|
Hammad
bin Salamah bin Dinar Al-Basriyyu[7]
|
176
H
|
131
orang
Al-Azraq
bin Qais
Hammad
bin Abi Sulaiman
Ishak
bin Suwaid al-Adawiy
Anas
bin Siran
|
94
orang
Abdurrahman
bin Mahdi
Adam
bin Aqas
Ishak
bin Umar Salith
Ibrahim
bin Al-Hajjaj As-Sami
|
Yahya
: Hammad terbaik dalam hadis
Abi
Abdullah : Hammad bin Salamah adalah rawi yang terbaik
Hujjaj
bin al-Mahli :
|
6
|
Abdurrahman
bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman Al-Anbiyyu[8]
|
81
orang
Hammad
bin Salamah
Al-Aswad
bin Sya’ban
Ibrahim
bin Said Az-Zuhri
Aban
bin Yazzid Al-Attor
|
72
orang
Ibrahim
bin Muhammad bin ‘Ur’arah
Ahmad
bin Ibrahim Ad-Dauraqiy
Ahmad
bin Sinan Al-Qattan
Muhammad
Yahya Az-Zahili
|
Ismail
As-Salt bin Abi Maryam : Abdurrahman
bin Mahdi khatam pada setiap 2 malam, wiridnya pada setiap malam dan membaca
setengah dari tebalnya al-quran
|
No
|
Nama
|
Tahun
wafat / lahir
|
Guru
|
Murid
|
Jarh
Wa Ta’dil
|
7
|
Muhammad
bin Yahya bin Abdullah bin Khalid bin Faris bin Dzuaib Az-Zuhli[9]
|
152
orang
Yazid
bin Harun
Abdurrahman
bin Mahdi
Ibrahim
bin Hamzah Az-Zubairi
Ahmad
Kholid Al-Wahbi
|
38
orang
Muhammad
bin kholid
Ja’far
bin Muhammad bin Musa An-Naisaburry
Said
bin al-Hakam bin Abi Maryam
Abu
Hatim
|
Abdurrahman
bin Abi Hatim : Tsiqqoh , Sodduq, Imam
Al-Hafiz
Abu Bakar Al-Khotib : satu-satunya Imam yang arif, tsiqqoh
|
|
8
|
Muhammad
bin Kholid bin Khidash bin Ajlan Al-Muhallabi[10]
|
7
Orang
Ismail
bin ‘Ulayyah
Abihi
kholid bin Khidash
Abdurrahman
bin Mahdi
Ubaid
bin Waqad
|
29
Orang
Ibnu
Majah
Ibrahim
bin Ishak Al-Harbi
Muhammad
bin Yusuf bin ‘Asim
Abu
Hafs Arraqqam
|
Ibnu
Hibban dalam kitabnya : tsiqqah
|
|
9
|
Yazid
bin Harun bin Dzazi[11]
|
Lahir
: 118 H
117
H
Wafat:
206 H
208
H
207
H
|
91
orang
Hammad
bin Salamah
Ibrahim
bin Sa’ad Az-Zuhri
Ismail
bin Ayyas
Malik
bin Anas
|
112
orang
Hatim
bin Maimun
Muhammad
Yahya Az-Zuhli
Ziyad
bin Ayub
Ibrahim
bin Ya’kub Al-Jurajani
|
Al-‘Ajli
: Tsiqqah
‘Ali
bin al-Maidini : tsiqqah
Yahya
bin Ma’in : Tsiqqah
Abu
Hatim : Tsiqqah, Imam Sodduq
|
No
|
Nama
|
Tahun
wafat / lahir
|
Guru
|
Murid
|
Jarh
Wa Ta’dil
|
10
|
Abdullah
bin Muhammad bin Ibrahim bin ‘Usman bin Khawasati Al-‘Absi[12]
|
153
H
108
H
107
H
|
123
orang
Yazid
Bin Harun
Suwaidi
bin Amru Al-Kalbiy
Ahmad
bin Ishak Al-Hadrawiy
Abi
Usamah Hamzah bin Usamah
|
47
orang
Muslim
Abu
Dawud
Ibnu
Majah
Al-Bukhari
|
Yahya
Al-Himani : Ahli ilmu, sodduq
Al-‘Ajliy,
Abu Hatim, Ibnu Khirah : Tsiqqah
Al-‘Ajliy
: hafiz dalam hadis
|
2.1.3 Biografi Perawi dan Ketersambungan Sanad
1. Aisyah
Nama lengkapnya
adalah Aisyah binti Abi Bakar As-Siddiq yang di juluki salah satu nama Ummul
Mukminin. Tidak ditemukan data kelahirannya, akan tetapi ada yang berpendapat
Aisyah wafat pada tahun ke 57 H dan ada yang mengatakan Aisyah wafat pada bulan
Syawal tahun ke-58 H.
Terdapat lebih
kurang 8 orang guru Aisyah yang sekaligus terdapat periwayatan dari suaminya sendiri
yaitu Rasulullah saw. Jadi ketersambungan sanad tidak usah diragukan karena
Aisyah sanad itu sambung kepada Rasulullah saw. Empat di antara guru-gurunya
adalah dari ayahnya sendiri yaitu, Abi Bakar As-Siddiq, Fatimah Az-Zahra, Ummu
Salamah, dan Umar bin Khattab. Sedangkan sederetan nama-nama muridnya yang
berjumlah 234 orang di antaranya ialah Al-Aswad bin Yazzid An-Nakhaiy, Ishak
bin Umar, Aiman Al-Makiy, dan Ishak bin Talhah bin Ubaidillah.
2. Al-Aswad
Nama lengkapnya
ialah Al-Aswad bin Yazid bin Qais An-Nakhaiy. Tidak ditemukan data yang
berkenaan dengan tanggal kelahiran atau bulan kelahirannya. Akan tetapi ada
yang berpendapat tahun wafatnya Al-Aswad ini adalah pada tahun 75 H da nada
juga yang mengatakan pada tahun 74 H.
Terdapat lebih
kurang 15 orang guru kepada Al-Aswad empat di antaranya ialah dari Aisyah
sendiri, Bilal Bin Rabah, Abu Musa Al-Asy’ari, dan Umar bin Khattab. Dari segi
ketersambungan sanadnya itu pada gurunya bersambung dan tidak usah diragukan
lagi. Manakala murid dari al-Aswad adalah sebanyak 14 orang dan empat
diantaranya ialah Ibrahim bin Suwaidi An-Nakhaiy, Ibrahim bin Yazid An-Nakhaiy,
Riyah bin al-Haris An-Nakhaiy, dan Abdurrahman bin al-Aswad bin Yazid.
3. Ibrahim
Nama sebenarnya
adalah Ibrahim bin Yazid bin Qais bin Al-Aswad bin Amru bin Rabi’ah bin Zuhal
bin Sa’id bin Malik bin An-Nakha’ An-Nakha’iy Abu Iman. Perawi ini tidak
ditemukan data yang mengatakan tahun kelahirannya. Akan tetapi ada ditemukan
data wafatnya Ibrahim pada tahun 74 H, ada yang mengatakan pada tahun 85 H da
nada juga yang berpendapat Ibrahim wafat pada tahun 69 H.
Terdapat lebih
kurang 28 orang guru dari Ibrahim dan empat di antaranya ialah Al-Aswad bin
Yazid, Kha’saimah bin Abdurrahman, Ar-Rahi’ bin Khusim, dan Abi Ash-Sha’a Salim
bin Aswaz al-Muharabi. Dari segi ketersambungan sanadnya kepada gurunya itu
bersambung dan tidak diragukan. Manakala jumlah muridnya ada 36 orang dan empat
diantaranya adalah Hammad bin Abi Sulaiman, Hakim bin Jubair, Al-Hakam bin
Utaibah, dan Al-Hasan bin Ubaidillah An-Nakha’iy.
4. Hammad
Nama sebenarnya
adalah Hammad bin Abi Sulaiman. Tidak terdapat data yang mengatakan tanggal dan
tahun kelahirannya. Terdapat data tentang wafatnya Hammad yaitu pada 110 H, da
nada juga yang mengatakan pada 119 H.
Hammad mempunyai
11 orang guru dan empat diantaranya ialah Ibrahim An-Nakha’iy, Anas bin Malik,
Zaid bin Wahb dan Said bin Jubair. Dari segi ketersambungan sanad, Hammad
nyambung dengan gurunya yaitu Ibrahim An-Nakhaiy. Ibarahim sering dijuluki
dengan An-Nakha’iy dengan adik bradik nya yang lain. Manakala muridnya terdapat
30 orang dan empat diantaranya ialah Ismail bin Hammad bin Abi Sulaiman, Jarir
bin Ayub Al-Bajaliy, Hammad bin Salamah, dan Hafs bin Umar bin Qasi Halab.
5. Hammad bin Salamah
Nama lengkapnya adalah
Hammad bin Salamah bin Dinar Al-Basyriyu. Tidak ditemukan data tentang tanggal
atau tahun kelahirannya akan tetapi ditemukan data tentang data kewafatannya
yaitu pada tahun 176 H.
Terdapat lebih
kurang 131 orang guru dari Hammad dan empat diantaranya ialah Al-Azraq bin
Qais, Hammad bin Abi Sulaiman, Anas bin Siran, dan Ishak bin Abdullah bin Abi
Talhah. Ketersambungan sanad pada rawi ini mempunyai ketersambungan melalui
gurunya Hammad ini yaitu Hammad bin Abi Sulaiman serta tidak diragukan.
Manakala muridnya pula terdapat 94 orang yaitu empat diantaranya ialah Ibrahim
bin Al-Hajjaj As-Sami’, Adam bin Abi Aqas, Abdurrahman bin Mahdi, dan Ishak bin
Umar bin Salith.
6. Abdurrahman bin Mahdi
Nama lengkapnya
adalah Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman Al-Anbariyyu. Tidak terdapat
maklumat tentang tanggal dan tahun kelahiran akan tetapi ditemukan data yang
terkait dengan tahun kewafatannya yaitu pada tahun 189 H.
Terdapat 81 orang
guru dan empat daripadanya ialah Hammad bin Salamah, Al-Aswad bin Sya’ban,
Ibrahim bin Said Az-Zuhri dan Aban bin yazid Al-Attor. Di sini jelas
ketersambungan sanadnya pada gurunya yang bernama Hammad bin Salamah jadi tidak
diragukan lagi bahawa ianya sambung sanadnya. Dan manakala muridnya ada 72
orang dan empat daripadanya ialah Muhammad bin Yahya bin Az-Zuhli, Ibrahim bin
Muhammad bin ‘ur’arah, Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauraqiy, dan Ahmad bin Sinan
Al-Qattari.
7. Muhammad bin Yahya
Nama sebenarnya
ialah Muhammad bin Yahya bin Abdulah bin Khalid bin Faris bin Dzuaib Az-Zuhli.
Beliau wafat pada tahun 275H dan tidak terdapat data yang terkait dengan tahun
kelahiran beliau.
Beliau mempunyai
152 orang guru dan empat daripadanya ialah Yazid bin Harun, Abdurrahman bin
Mahdi, Ahmad bin Kholid dan Ibrahim bin Hamzah Az-Zubairi. Ketersambungan sanad
dengan gurunya jelas sambung dengan gurunya yang bernama Abdurrahman bin Mahdi.
Manakala muridnya berjumlah 38 orang dan empat daripadanya adalah Muhammad bin
Kholid, Abu Hatim, Said bin Al-Hakam bin Abi Maryam, dan Muhammad Ishak bin
As-Saqofi.
8. Muhammad bin Kholid bin Khidash
Nama sebenar
beliau adalah Muhammad bin kholid bin khidash bin Ajlan Al-Muhallabi. Tidak
ditemukan data tentang kelahiran dan kewafatan beliau.
Beliau mempunyai 7
orang guru diantaranya ialah Ismail bin Ulayyah, Ubaid bin Waqad, Abihi Kholid
bin khidash, dan Abdurrahman bin Mahdi. Sanadnya jelas mempunyai ketersambungan
karena sambung dengan gurunya Abdurrahman bin Mahdi. Manakala muridnya terdapat
29 orang dan empat daripadanya ialah Ibnu Majah, Abu Hafs Arraqqam, Ibrahim bin
Ishak Al-Harbi, dan Muhammad bin Yusuf bin ‘Asim.
9. Yazid bin Harun
Nama sebenar
beliau adalah Yazid bin Harun bin Dzazi. Beliau lahir pada tahun 118 H dan juga
yang mengatakan pada tahun 117 H. tahun wafatnya beliau ialah pada tahun 217 H
dan ada yang mengatakan 7 atau 88 pada tahun setelahnya.
Beliau mempunyai
91 orang guru dan empat daripadanya ialah Hammad bin Salamah, Malik bin Anas,
Ismail bin Ayyas, dan Ibrahim bin Sa’ad Az-Zuhri. Dan manakala muridnya ada 112
orang dan empat daripadanya ialah Hatim bin Maimun, Muhammad bin Yahya
Az-Zuhli, Ziyad bin Ayub, dan Ibrahim bin Ya’kub Al-Jurajani.
10. Abi Bakr bin Abi Shaibah
Nama sebenar
beliau ialah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin ‘Usman bin Khawasatiy
al-Absi. Beliau sememangnya dijuluki dengan nama Abi Bakr bin Abi Shaibah.
Tidak terdapat data mengatakan tahun kelahiran beliau akan tetapi ada pada tahun
kewafatannya. Beliau dikatakan wafat pada tahun 253 H.
Beliau mempunyai
123 orang guru dan empat daripadanya ialah Yazid bin Harun, Suwaidi bin Ishak
Al-Hadrawiy, Abu Usamah Hamzah bin Usamah dam Suwaidi bin Amtu Al-Kalby.
Mempunyai ketersambungan sanad dengan gurunya yaitu Yazid bin Harun. Manakala
beliau juga mempunyai murid yang berjumlah 47 orang diantaranya ialah, Bukhari,
Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah.
2.1.4 Penelitian Maratib Jarh Wa Ta’dil Setiap Rawi
1. Aisyah
Penilaian para
kritik hadis pada peribadi Aisyah binti Abi Bakar, Aisyah merupakan isteri
kepada Nabi saw dan beliau sendiri banyak meriwayatkan hadis dari suaminya
sendiri. Az-Zuhri berkata, kalau ilmu nya Aisyah itu datangnya dari ilmu
suaminya Nabi saw dan sebaik-baik jami’ itu adalah jami’ an-Nisa dan ilmunya
Aisyah paling afdal.
Aisyah juga
merupakan diantara wanita yang disenaraikan yang terbaik ilmu hadisnya. Oleh
itu tidak diragui hadis-hadis yang diriwayatkan oleh nya. Dan tingkatan
Ta’dilnya adalah yang paling tsiqqah.
2. Al-Aswad
Al-Aswad adalah
seorang yang dikenal banyk menunaikan haji. Menurut beberapa ahli sejarah,
kunjungannya ke Baitullah lebih dari 80 kali baik untuk melaksanakan haji
maupun umrah. Ia juga banyak berpuasa dan shalat. Ia selalu ingin dekat dengan
Rasulullah SAW. Aswad bin Yazid berasal dari keluarga berilmu. Penilaian kritik
kepada beliau, Abu Thalib dengan kritiknya tsiqqoh dan mengatakan ahli yang
terbaik. Manakala yahya mengatakan tsiqqoh dan Muhammad juga berkata beliau
juga tsiqqoh.
3. Ibrahim
Ibrahim adalah
seorang yang rajin beribadah dan istiqamah dalam menuntut ilmu. Menurut Ahmad
bin Abdullah Al-‘Ajli mengatakan , beliau tidak akan menerima hadis ahad dari sahabat Nabi Saw.
Dan pendapat Aisyah tentang Ibrahim adalah Aisyah mengatakan dan mufti ahli
kufah yaitu ash-sha’bi mengatakan Ibrahim seorang lelaki yang soleh. Tidak
hanya menguasai kajian hadis dan persoalan intelektual an-sich, Ibrahim juga
rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Beliau dikenal getol
berpuasa Nabi Daud. Jika tengah malam kebanyakan manusia terlelap dalam mimpi, Ibrahim justru
khusyuk melaksanakan shalat malam (qiyamullail).
4. Hammad bin Abi Sulaiman
Hammad merupakan
golongan tabi’in yang biasa. Penilaian para kritik hadis terhadap Hammad ini
ialah dari Yahya bin Ma’in dengan predikat tsiqqah. Menurt Al-Ajli juga dengan
membawa predikat tsiqqah, manakala Adz-Zahabi mengatakan beliau tsiqqah imam
dan seorang mujtahid. Jadi tidak perlu diragukan lagi rawi ini karna komentar ulama
semuanya mengatakan ketsiqqahhan Hammad. Dan beliau juga seorang mujtahid yang
mengeluarkan hukum.
5. Hammad bin Salamah
Hammad bin Salamah
adalah seorang imam dan panutan bagi kaumnya, beliau merupakan guru Islam
terbesar pada zamannya. Hamad adalah ayah dari Salah al-Bashri yang merupakan
ahli Nahwu, dan seorang penjual benih. Dia adalah budak dari keluarga Rabi’ah
bin Malik dan merupakan anak dari saudara perempuan Humaid Ath-Thawil.
Penilaian kritikus hadis terhadap Hammad bin Salamah ini menurut Yahya bin
Ma’in dengan predikat nya tsiqqah. Dari Sha’bah mengatakan Hammad , saya
menghafaz hukum yaitu bersama menghafaz dengan Hammad. Dan berkata Yahya bin
Sa’id, saya bertanya Humaid tentang hadis hasan. Lalu dijawabnya. Saya tidak
menghafaznya. An-Nasa’I juga membawa predikat kepada beliau juga seorang rawi
yang tsiqqah.
6. Abdurrahman Bin Mahdi
Ali bin Al-Madini
mengatakan, “Manusia yang paling paham tentang hadis adalah Abdurrahman bin
Mahdi.” Ayub Al-Mutawakil mengatakan, “Jika kami ingin membandingkan dunia
dengan agama maka kami datang ke rumah Abdurrahman bin Mahdi.” Muhammad bin Abu
Bakar Al-Muqadami mengatakan, “Saya tidak pernah melihat seorang pun, yang
lebih teliti terhadap sesuatu yang dia dengar dan terhadap hadis, melebihi
Abdurrahman bin Mahdi.” Al-Qawariri mengatakan, “Dua puluh ribu hadis
didiktekan kepada saya oleh Ibnu Mahdi dengan hafalan.” Ahmad bin Sinan
mengatakan, “Ketika Abdurrahman bin Mahdi menyampaikan kajian, tidak ada satu
pun orang yang berbicara, menajamkan pensilnya, dan tidak ada yang berdiri.
Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang
shalat. Bacaan beliau setiap malam adalah setengah Alquran.”. Abdurrahman bin
Mahdi dikatakan tsiqqah yang terbanyak dalam hadis.
7. Muhammad bin Yahya
Al-Hafiz Abu Bakar
Al-Khotib berkata, Muhammad bin Yahya adalah satunya Imam yang arif dan
tsiqqah. Muhammad bin Yahya adalah seorang yang hufaz yaitu hafidz dan tsiqqah
menurut Abu Al-Abbas. Dan merupakan rawi
yang mukmin dalam hadis. Menurut pandangan ulama yang lainnya beliau adalah
seorang Imam bagi kaum muslimin dan shoduq.
8. Muhammad bin Kholid bin Khidash
Di dalam kitab
tahzibul kamal, tidak banyak pendapat dan komentar ulama tentang rawi ini. Akan
tetapi , Ibnu Hibban berkata dalam kitabnya. Ibnu Hibban mempredikatkan beliau
seorang yang tsiqqoh.
9. Yazid bin Harun
Menurut penilaian
kritikus terhadap Yazid bin Harun, dari Yahya mempredikatkan sebagai seorang
yang tsiqqah. Abu Hatim berkata, beliau seorang yang tsiqqoh, Imam Shoduq dan
Al-Ajli juga mempredikatkan beliau juga seorang yang tsiqqoh. Jadi tidak ada
keraguan tentang rawi ini.
10. Abi Bakr Bin Abi Shaibah
Amr bin Ali
Al-Fallas menyatakan : “Aku belum pernah melihat orang yang lebih kuat
hapalannya daripada Abu Bakr bin Abi Syaibah. Dia datang kepada kami bersama
‘Ali Al-Madini, kemudian membacakan 400 hadits dengan cepat dan hapal di
hadapan Syaibani, kemudian berdiri dan pergi”. ahya bin Abdul Hamid Al-Himami
mengatakan : “Anak-anak Ibnu Abi Syaibah adalah para ulama. Mereka berdesak-desakan
dengan kami ketika belajar dari setiap muhaddits. Imam Ahmad bin Hanbal berkata
: “Abu Bakr seorang yang sangat jujur (shaduq) dan lebih aku sukai daripada
saudaranya, ‘Utsman”. Imam Ahmad bin Abdillah Al-‘Ijli mengatakan : “Abu Bakar
adalah seorang yang tsiqah (terpercaya), ia juga seorang hafizh (penghapal)
hadits”.
2.1.5 Penilaian terhadap kualitas sanad hadis
Seluruh perawi berpredikat tsiqqah dan tidak seorang pun myang
menilainya jarh. Kendati ada di antaranya yang menduduki ta’dil tertinggi.
Namun ada permasalahan berkenaan guru pada rawi ke – 9 akan tetapi gurunya ada
pada muridnya rawi ke-9. Namun demikian adanya relasi guru murid dan murid guru
di antara mereka serta masa hidup mereka yang memungkinkan mereka bertemu
langsung. Maka penulis membuat kesimpulan bahwa sanad pada hadis ini
bersambung.
2.2 Penelitian Matan
2.2.1 Hadis dengan Ayat Quran
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا يزيد بن هارون (ح) و حدثنا محمد بن
خالد بن خداش و محمد يحيى قالا حدثنا عبدالرحمن بن مهدى حدثنا حمّاد بن سلمة عن
حمّاد عن إبراهيم عن الأسواد
عن عائشة أنّ رسول الله صلّى الله و سلم قال رفع القلم عن ثلاثة عن
النائم حتّى يستيقظ و عن الصغير حتّى يكْبر و عن المجنون حتّى يعقل أو يفيق
"dari Aisyah ra
Bahwa Nabi saw bersabda : “pena diangkat dari tiga orang (malaikat tidak
mencatat apa-apa dari tiga orang) yaitu orang yang tidur hingga ia bangun, anak
kecil hingga ia dewasa dan orang gila
hingga ia berakal normal atau sembuh.”
أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ
النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ وَاتَّقُوا
اللَّهَ رَبَّكُمْ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِنْ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا
أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لَا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ
يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا
“Wahai
Nabi, Apabila kamu menceraikan ister-isterimu, maka hendaklah kamu ceraikan
pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar), dan hitunglah waktu
iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu, janganlah kamu keluarkan
mereka dari rumah dan janganlah (diizinkan) keluar kecuali jika mereka
mengerjakan perbuatan yang keji dengan jelas. Itulah hukum-hukum Allah dan
barangsiapa yang melnggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah
berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali
setelah itu Allah mengadakan sesuatu ketentuan yang baru. “[13]
Ayat
al-Quran ini jelas mengatakan tentang masa kalau hendak menjatuhkan talaq.
Boleh ditafsirkan dengan bersama hadis ini, bahwa talaq itu tidak boleh jatuh
atau sah kalau keadaan tidak waras seperti sedang tidur. Dalam hadis itu jelas
mengatakan bahawa tidak dicatat sesuatu perbuatan oleh malaikat yaitu orang
yang tidur, ini berarti talaq tidak jatuh pada saat waktu tidak sesuai. Maka
hadis dengan ayat quran ini boleh penulis katakan selari dengan jalan hukum
jatuhnya talak. Dan tidak mungkin talaq itu jatuh dalam keadaan tidak sadar.
Bisa dikatakan orang yang hamil mau ditalakkan, harus menunggu wanita itu
melahirkan dan baru jatuh talak. Makanya itu penulis katakan hal ini selari
dengan ayat quran. Bisa dijadikan penguat hujjah.
2.2.2 Hadis dengan Hadis
حدثنا
أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا يزيد بن هارون (ح) و حدثنا محمد بن خالد بن خداش و محمد
يحيى قالا حدثنا عبدالرحمن بن مهدى حدثنا حمّاد بن سلمة عن حمّاد عن إبراهيم عن الأسواد
عن
عائشة أنّ رسول الله صلّى الله و سلم قال رفع القلم عن ثلاثة عن النائم حتّى يستيقظ
و عن الصغير حتّى يكْبر و عن المجنون حتّى يعقل أو يفيق
"dari Aisyah ra Bahwa Nabi saw bersabda : “pena
diangkat dari tiga orang (malaikat tidak mencatat apa-apa dari tiga orang)
yaitu orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia dewasa dan orang
gila hingga ia berakal normal atau
sembuh.”
دَّثَنَا
هَنَّادٌ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ ح و حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ الْمَعْنَى عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ أَبِي ظَبْيَانَ قَالَ هَنَّادٌ
الْجَنْبيُّ قَالَ أُتِيَ عُمَرُ بِامْرَأَةٍ قَدْ فَجَرَتْ فَأَمَرَ بِرَجْمِهَا فَمَرَّ
عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأَخَذَهَا فَخَلَّى سَبِيلَهَا فَأُخْبِرَ عُمَرُ
قَالَ ادْعُوا لِي عَلِيًّا فَجَاءَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ يَا أَمِيرَ
الْمُؤْمِنِينَ لَقَدْ عَلِمْتَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَبْلُغَ وَعَنْ النَّائِمِ
حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الْمَعْتُوهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَإِنَّ هَذِهِ مَعْتُوهَةُ
بَنِي فُلَانٍ لَعَلَّ الَّذِي أَتَاهَا وَهِيَ فِي بَلَائِهَا قَالَ فَقَالَ عُمَرُ
لَا أَدْرِي فَقَالَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلَام وَأَنَا لَا أَدْرِي
“Pena pencatat amal
& dosa itu diangkat dari tiga golongan; anak kecil hingga ia balig, orang
tidur hingga ia bangun & orang gila hingga ia waras. Dan wanita ini adl
wanita gila dari bani Fulan. Mungkin saja perzinaan itu terjadi disaat gilanya
kambuh. Umar menanggapi, Aku tak tahu. Ali langsung menimpali, Aku juga tak
tahu.”[14]
Telah menceritakan kepada kami
Hannad dari Abu Al Ahwash dalam jalur lain disebutkan Telah menceritakan kepada
kami Utsman bin Abu Syaibah] berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir
secara makna, dari Atha bin As Sa`ib dari Abu Zhabyan berkata; Hannad Al janbi
berkata, "Pernah didatangkan kepada Umar seorang wanita yang berbuat zina,
lalu ia memerintahkan agar wanita itu dirajam. Ketika Ali radliallahu 'anhu
lewat, ia mengambil wanita itu dan melepaskannya. Umar lalu diberi kabar dengan
kejadian tersebut, ia lantas berkata, "Pangilkanlah Ali agar ia menemuiku."
Ali radliallahu 'anhu kemudian datang dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin,
engkau telah mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda: "Pena pencatat amal dan dosa itu diangkat dari tiga golongan;
anak kecil hingga ia baligh, orang tidur hingga ia bangun dan orang gila hingga
ia waras." Dan wanita ini adalah wanita gila dari bani Fulan. Mungkin saja
perzinaan itu terjadi disaat gilanya kambuh." Umar menanggapi, "Aku
tidak tahu." Ali langsung menimpali, "Aku juga tidak tahu.”
Hadis dengan hadis ini sama
maksudnya tapi di hujung ayat hadis mengatakan untuk orang yang berzina. Hadis
yang diteliti berkenaan jatuh talak ketika tidak waras. Ini berkenaan orang
yang berzina dalam keadaan gila. Bisa saja disamakan dengan talaq, talaq tidak
akan berlaku sekiranya dalam keadaan gila.
2.3 Pemahaman Hadis
Talak
seseorang yang sedang tidur tidak akan terjadi dan tidak dihitung jatuh talak,
karena ketiadaan maksud dari orang tersebut. Maka jika seseorang yang sedang
tidur berbicara atau mengigau dengan kata talak tanpa ada maksud dan niat untuk
melafadzkannya. Talaknya tidak jatuh, karena sesungguhnya lafadl-lafadl talak
itu akan diperhitungkan dalam syari’at jika bersumber dari orang yang dalam
kesadaran penuh dan memiliki tujuan dalam mengungkapkannya, sedang orang yang
tidur tidak sadar apa yang dia ucapkan dan tidak punya maksud dalam
mengucapkannya.
Dalam
kasus ini, suami bermimpi dalam tidur bahwasannya istrinya berada disampingnya
lalu menceraikannya, dan dalam mimpi tersebut si suami merespon pembicaraan dan
pertanyaan istri dengan ungkapan yang tidak layak, dan setelah diketahui
ternyata si suami telah menceraikannya dengan tiga kali talak, sekali lagi hal
itu terjadi didalam mimpi.
Dan
sebagaimana kejadian talak yang dilakukan saat tidur, sebagaimana kondisi yang
disebutkan diatas yaitu si suami terbangun dan langsung menceraikan istrinya,
maka sesungguhnya si suami tidak memiliki beban kecuali apa yang si suami mampu
mencerna dan memahami perkataan yang si suami ungkapkan, adapun apa yang disebutkan
terdahulu yaitu sebelum kesadaran betul-betul sempurna atau belum bisa berfikir
secara fokus atau belum mampu untuk mengambil sebuah keputusan. Maka
sesungguhnya yang demikian tersebut tidak diperhitungkan
Orang
yang menjatuhkn talak itu sudah mukallaf, baligh dan berakal sehat. Tidak sah
talaknya anak kecil, orang gila dan orang-orang yang sedang tidur. Seperti yang disebutkan dalam Fath Al-Qarib,
hanya 4 orang saja yang tidak jatuh talaknya yaitu anak kecil, orang gila, orang
Tidur dan orang yang dipaksa.[15]
KESIMPULAN
Hadits
adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam.
Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan
Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua
setelah Al-Qur'an.
Melalui
penelitian ini penulis bisa memahami bagaimana cara untuk mengetahui metode
meneliti hadis itu sambung sanad atau tidak, rawinya tsiqqah atau tidak. Dari
situ penulis bisa mengetahui dan bisa mengetahui sesebuah hadis itu dalam
kualitas sahih ataupun tidak.
Dalam
metode ini juga, bisa diketahui klasifikasi hadis itu diterima atau ditolak.
Kategori tingkat keaslian hadis adalah klasifikasi yang paling penting dan
merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakkannya. Sanad
suatu hadis dianggap tidak bersambung apabila terputus salah seorang atau lebih
dari rangkaian rawinya. Boleh jadi rawi yang dianggap putus adalah rawi yang
dhaif sehingga hadis yang bersangkutan tidak sahih.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Al-Quran , surah At-Talaq Ayat 1
2.
Kitab Sunan Ibnu Majah, Jilid 2, bab talak, Halaman 280
3.
Al-Mu’jam Mufahras , Jilid 2, halaman 680
4.
Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal
5.
Kitab Sunan Abu Dawud, Hadis ke-3824
6.
Tim Penulis Fathul Qarib , “Fath Al-Qarib”, cetakan 1,
diterbitkan oleh Anfa’ Press, Tahun 2015
[3] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Kitab An-Nisa’, Jilid 22, Halaman 378
[4] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 3, Halaman 233
[5] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal, Jilid
2, Halaman 233
[6] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 7, Halaman 269
[7] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 7, Halaman 253
[8] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 17, Halaman 430
[9] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 26, Halaman 617
[10] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 25, Halaman 135
[11] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 31, Halaman 261
[12] Tahzibul Kamal Fii asmai Ar-Rijal,
Jilid 16, Halaman 34
[13] Al-Quran , surah At-Talaq Ayat 1
[14] Kitab Sunan Abu Dawud, Hadis ke-3824
[15] Tim Penulis Fathul Qarib , “Fath
Al-Qarib”, cetakan 1, diterbitkan oleh Anfa’ Press, Tahun 2015
No comments:
Post a Comment