Tuesday, February 21, 2017

Tasawwuf dan kontribusi


Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenali sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautn lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara. Sebagai wilayah yang mudah dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk penyebaran agama Islam.Apabila Islam telah mula terkenal di Indonesia, Islam terus berkembang dengan pesat. Menurut para sejarawan, Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang waktu itu masih kuat menganut pahaman lama, yaitu menganut agama Hindu, Buddha, bahkan Animisme dan Dinanisme. Jalur-jalur yang dilakukan oleh oleh para penyebar Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai berikut. 1) Melalui Jalur Perdagangan. 2) Melalui Jalur Perkawinan. 3) Melalui Jalur Tasawuf. 4) Melalui Jalur Pendidikan. 5) Melalui Jalur Kesenian. 6) Melalui Jalur Politik.[1]

Yang akan dibahaskan ialah jalur tasawufnya dalam membantu perkembangan Islam di Indonesia. Pendekatan tasawuf yang dibawakan oleh para ulama kepada masyarakat bersifat local dan mudah diterima oleh mereka sendiri. Oleh kerana itu, perkembangan Islam di Indonesia sangat cepat dalam jalur tasawuf tersebut. Penyebaran Islam yang berkembang secara spektakuler di Negara-Negara Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf adalah kenyataan yang diakui oleh hampir mayoritas sejarawan dan peneliti. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan  sikap kaum sufi yang lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Terdapat kesepakatan dikalangan sejarahwan dan peneliti, orientalis, dan cendikiawan Indonesia, bahwa tasawuf  adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas. Dan apabila sudah meluas maka timbullah berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan tasawuf. Dengan demikian suatu ilmu khusus telah berkembang di kalangan kaum sufi, yang berbeda dengan ilmu fiqh, baik dari segi objek, metodologi, tujuan maupun istilah-istilah yang digunakan. Lahir pula tulisan-tulisan, antaralain, seperti Al-Risalah Al-Qusyairiyyah karya Al-Qusyairi dan ‘Awarif Al-Ma’arif karya Al-Suhrawardi Al-Baghdadi.



 Tasawuf dan Peranannya dalam Kontribusi

            Kajian Tasawuf Nusantara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa tasawuf masih terlihat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan sebagian kaum muslim Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya kajian Islam di bidang ini dan juga melalui gerakan tarekat muktabarah yang masih berpengaruh di masyarakatAl-tasawwuf atau sufisme adalah satu cabang keilmuan dalam Islam, atau secara keilmuan merupakan hasil peradaban Islam yang lahir kemudian setelah Rasulullah saw wafat. Annemarie Shimmel menjelaskan istilah tasawuf baru terdengar  pada pertengahan abad kedua hijriah dan menurut Niccholson dalam bukunya The Mystics of Islam, pada pertengahan abad ketiga hijriyah.[2]

Tasawuf (mistik, sufi, olah spiritual) berperan besar dalam menentukan arah dan dinamika kehidupan masyarakat. Kehadirannya meski sering menimbulkan kontroversi, namun kenyataan menunjukkan bahwa tasawuf memiliki pengaruh tersendiri dan layak diperhitungkan dalam upaya menuntaskan problem-problem kehidupan sosial yang senantiasa berkembang mengikuti gerak dinamikanya. Sebagai agama, Islam mempunyai berbagai aspek. Salah satunya adalah mistik, dikenal tasawuf atau sufisme. Tasawuf ini mempunyai jalan sejarah panjang dan unik, khususnya ketika tasawuf ini dipengaruhi oleh ajaran maupun budaya di luar Islam. Melihat perjalanan sejarah tasawuf di Indonesia ini menarik ditindaklanjuti sebagai upaya melacak jejak-jejak pengaruhnya di Indonesia. Lebih jauh, mempelajari sejarah perjalanan tasawuf paling tidak sama nilainya, atau bahkan mungkin lebih, jika dibandingkan dengan mempelajari aspek-aspek Islam lainnya.

Tasawuf adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas di Asia Tenggara. Meski setelah itu terjadi perbedaan pendapat mengenai kedatangan tarekat, apakah bersamaan dengan masuknya Islam atau datang kemudian. Perbedaan yang sama terjadi pula mengenai tasawuf falsafi yang diasumsikan sebagai sumber inspirasi bagi penentuan metode dakwah yang dianut dalam penyebaran Islam tersebutMenurut Ahmad Syafii Mufid dalam artikel Aliran-Aliran Tarekat di Sekitar Muria Jawa Tengah sufisme atau tarekat dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia memiliki arti penting. "Islam Pertama" yang diperkenalkan di Jawa, sebagaimana tercatat dalam babad, adalah Islam dalam corak sufi. Islam dalam corak demikian itulah yang paling mampu memikat lapisan bawah, menengah dan bahkan bangsawan.[3] Menurut pengamatan saya, tasawuf dan sufisme di Indonesia sangat berpengaruh sehingga menjadikan Negara Indonesia sebuah Negara yang memuatkan jumlah Islam yang terbesar di seluruh dunia. Ini adalah dampak dari kontribusi dalam perkembangan Islam. Dari mula awal masuk, cara penyebarannya sangat berkesan. Bukan sahaja pada tasawufnya akan tetapi juga pada pengaruh tarekatnya. . Pengetahuan tarekat yang di pelajarinya cukup banyak, bahkan sukar ditemukan ulama yang mempelajari demikian banyak beserta mengamalkanya hingga kini.

 Tasawuf dan Islamisasi di Indonesia

            Secara hakiki, manusia terdiri daripada tiga unsur utama, yaitu ruh, akal, dan jasad. Menurut al-Quran, kemuliaan manusia dibanding makhluk yang lain adalah adalah manusia memiliki unsur ruh ilahi. Tasawuf pada mulanya merupakan bagian dari ajaran zuhud dalam Islam yaitu yang mengandungi ajaran kerohanian dalam Islam untuk diterapkan kepada penganut agama Islam itu sendiri. Dalam tahap pertama penetrasi Islam di Indonesia, penyebaran terhadap agama Islam itu sendiri masih relatif  terbatas di kota-kota pelabuhan. Akan tetapi, dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, Islam mulai menempuh jalannya memasuki wilayah pesisir lainnya dan pedesan. Pada tahap ini para pedagang dan ulama sekaligus guru-guru tarekat (wali-wali di Jawa) dengan murid mereka memainkan peranan penting di dalam penyebaran tersebut.[4]
           
 Penyebaran tasawuf dan Islam di Indonesia sangat berkait rapat dengan ulama Wali Songo yaitu Sembilan orang ulama yang menyebarkan tasawuf di seluruh wilayah Jawa. Dengan cara yang mereka gunakan itu sangat berkesan sehingga Islamisasi di Indonesia berkembang dengan pesat. Selain dari itu, para pedagang dari luar Indonesia juga merupakan faktor akan tersebarnya tasawuf dan Islamisasi ini berlaku dengan cepat dan sehingga sekarang hal yang demikian masih digunakan seperti penyebaran melalui perkawinan sehingga mengusulkan syarat sebelum nikah itu harus masuk Islam terlebih dahulu. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pemikiran mereka sebelumnya menganut agama Hindu sehingga agama baru yang mudah dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan mistik bagi masayarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka. Oleh itu, penyebaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik mudah diterima karena sesuai dengan alam pemikiran masyarakat Indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses peenyebaran agama Islam kepada penduduk setempat.[5]

    Masa-masa merebaknya Islam di Indonesia memang berbarengan dengan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan  tarekat di dunia Islam pada umumnya. Islam sebagaimana diajarkan kepada orang-orang Indonesia yang pertama memeluk Islam tersebut seringkali sangat diwarnai oleh berbagai ajaran dan amalan sufi.para sejarawan mengemukakan bahwa inilah yang membuat Islam menarik bagi orang Indonesia, atau dengan kata lain perkembangan tasawuf merupakan salah satu faktor yang menyebabkan proses Islamisasi di Indonesia dapat berlangsung dengan mudah dan cepat.[6] Perkembangan tasawuf semakin semarak dengan hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam pengembangan agama Islam di Indonesia seperti Syaikh Ismail Al-Khalid Al-Minangkabawi, Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Karim Banten dan lain-lain. Islam di Indonesia sampai sekarang masih diliputi dengan sikap sufistik dan kegemaran pada pelbagai hal yang mengandung keramat. Beberapa tarekat internasional yang besar mendapatkan jumlah pengikut yang besar. Sebagian tarekat mendapat pengikut  pengikut setia dalam ratusan ribu orang dan juga terdapat jumlah tarekat muslim local, di samping beberapa sekte tasawuf sinkritisme.[7]
            Menurut pendapat saya, kontribusi tasawuf terhadap perkembangan Islam di Indonesia merupakan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan yang lain. Ini adalah karena pengamalan sufistiknya yang sesuai dengan pemikiran orang Indonesia membuatkan mereka bisa memahami dan menerima ajaran Islam di tempat mereka. Selain itu, kehadiran tokoh sufi seperti Burhanuddin Ulakkan (w.1111 H/1691 M), Syaikh Yusuf al-Makasari (lahir 1629) dan lainnya menyebabkan semaraknya perkembangan tasawuf di Indonesia.

Hal penyebaran Islam di Indonesia pasti terkaitnya dengan “WaliSongo” yaitu dikenali sebagai Sembilan wali. Wali dalam konteks ini adalah keringkasan dari waliyullah, artinya orang-orang yang dianggap dekat dengan Tuhan, orang yang mempunyai keramat (karamah=kemuliaan), yang mempunyai bermacam-macam keanehan/kelebihan. Wali-wali itu dianggap sebagai orang yang mula-mula menyiarkan agama Islam di Jawa dan biasa dinamakan Wali Sembilan atau wali songo. Para wali itu dalam menyiarkan agamanya tidaklah berupa pidato atau ceramah di depan umum, tapi dalam kumpulan-kumpulan yang terbatas, bahkan kebanyakan secara rahasia di bawah empat mata yang kemudian diteruskan dari mulut ke mulut. Ketika pengikutnya mulai bertambah banyak, maka terjadilah tabligh-tabligh yang diadakan didalam rumah-rumah perguruan, yang biasa dinamakan pondok atau pesantren. Walisongo itu adalah: 1) Syekh Maulana Malik Ibrahim; 2) Raden Rahmat; 3) Sunan Makdum Ibrahim; 4) Raden Paku; 5) Syarif Hidayatullah; 6) Ja’far Sodiq; 7) Raden Prawoto; 8) Syarifuddin; 9) R.M Syahid (Raden Said).  



 Tokoh-tokoh Tasawuf atau Tarekat Dalam Pengembangan Islam di Indonesia.

            Martin van Bruinessen yaitu seorang ahli peneliti dari Belanda membenarkan anggapan umum yang menyatakan bahawa tasawuf dan berbagai tarekat telah memainkan peranan yang menentukan dalam proses penyebaran  dan perkembangan Islam di Indonesia. Menurutnya bahwa abad-abad pertama Islamisasi di Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia berbarengan dengan masa merebaknya tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat. Di antara tokoh-tokoh yang mengembangkan ajaran tasawuf dan tarekat adalah Abu Hamid Al-Ghazali, yang telah menguraikan konsep moderat tasawuf akhlaqi yang dapat diterima di kalangan fuqaha, dan beliau wafat pada tahun 1111 M. Ibnu Arabi yang karyanya sangat mempengaruhi ajaran hapir semua sufi yang muncul belakangan wafat pada tahun 1240 M. Abdul Qadir Jailani yang ajarannya menjadi dasar tarekat Qadiriyah dan wafat pada tahun 1166. Dan Abu An-Najib As-Suhrawardi yaitu pendiri tarekat Kubrawiyah wafat pada tahun 1221. [8]

Selain itu, Abul Hasan Asy-Syadzili yaitu sufi dari Afrika Utara pendiri Tarekat Naqsyahbandiyah wafat pada tahun 1389 dan Abdullah Asy-Syatari yaitu pendiri tarekat Syatariyah wafat pada tahun 1428. Ajaran-ajaran kosmologis dan metafisis tasawuf Ibnu Arabi misalnya, dapat dengan udah dipadukan dengan ide-ide sufistik India dan ide-ide sufistik pribumi yang dianut masyarakat setempat. Bukti yang jelas mengenai kecenderungan mistis dalam Islam di Indonesia telah memberi kesan bahwa kaum sufi yang menjadi agen utama pengembangan tasawuf di Indonesia. Terkait ini, A.H. Johns adalah argumen pertama mendukung argumen ini. Menurutnya, kaum sufi yang berasal dari berbagai bangsa datang ke Indonesia menggunakan kapal dagang yang bisa menyebarkan pandangan keagamaan mereka lebih terbuka terhadap ide-ide dari luar Islam dan tidak begitu ketat dalam soal hukum. Pesatnya penyebaran Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa tidak akan bisa terlepas dari peran para wali yang kita kenal dengan panggilan Wali sanga. Maka tidak lengkap rasanya jika tidak membahaskan para wali ini di dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia apa lagi dari segi tasawuf dan metode para wali ini.[9]

Wali songo adalah penyebar agama Islam dan juga merupakan tokoh yang utama dalam perkembangan tasawuf di Indonesia ketika masuknya Islam dan penyebaran. Masuknya Islam di Indonesia dengan cara yang aman dan damai karena metode yang digunakan oleh para wali tersebut sesuai dengan warisan masyarakat Jawa. Menurut penelitian saya sendiri terhadap masyarakat Jawa ini adalah masyarakat yang sangat mengutamakan adat istiadat dalam kehidupan seharian. Jadi, metode yang digunakan oleh para wali ini juga sangat bersesuaian dengan adat masyarakat di sekitarnya sehingga menjadikan mereka mudah untuk menerima dan perkembangan dalam pengislamisasi juga cepat.

Oleh itu, penyebaran Islam di negara-negara Asia Tenggara tidak lepas dari peran dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Jika Islam pada hakikatnya adalah agama terbuka dan tidak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan letak geografis maka tasawuf Islam telah membuka wawasan lebih luas bagi keterbukaan yang meliputi agama-agama lain. Dan masuknya Islam di Indonesia juga tidak luput dari peran tasawuf yang di bawa oleh para sufi karena seperti halnya ajaran-ajaran agama terdahulu yang menggunakan simbol-simbol.


                Masuknya tasawuf di Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia, karena sejarah Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh ajaran tasawuf yang digunakan oleh para penyebarnya. Kefleksibelan tasawuf yang mewarnai penyebaran tersebut menjadikan Islam berhasil masuk dan kemudian mengakar dalam diri masyarakat Indonesia, hampir tanpa catatan sejarah pertumpahan darah. Terdapat kesepakatan dikalangan sejarahwan dan peneliti, orientalis, dan cendikiawan Indonesia, bahwa tasawuf  adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas. Secara historis, tasawuf  telah mengalami perkembangan melalui beberapa tahap, sejak pertumbuhan hingga perkembangannya sekarang. Kontribusi tasawuf pada perkembangan Islam di Indonesia merupakan kontribusi yang paling besar dibandingkan dengan yang lain. Ini adalah karena amalan sufistik dikalangan tokoh tasawuf dan tarekat mempunyai persamaan dengan adat dan kebiasaan dengan masyarakat di Indonesia. Dengan itu, maka cepatlah pengembangan Islam di sekitarnya dan sehingga sekarang hal itu masih nampak akan tasawuf di Indonesia ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam Islam.
            Demikian pula perkembangan tarekat di jawa khusunya, dan Indonesia pada umumnya, membawa pengaruh yang sangat terasa dalam kontribusi ini. Para tokoh tasawuf dan tarekat cukup berjasa dalam perkembangan Islam. Dikarenakan pendekatan tasawuf ini Islam diterima dengan baik  dan damai tanpa kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa para penyebar Islam sangat luwes dalam menggunakan pendekatan untuk menyebarkan Islam di Indonesia. Ini adalah karena para wali dan sufi menggunakan metode hikmah, mauidzah hasanah, dan mujadalah yang baik.



Drs. Samsul Munir Amin, M.A “Sejarah Peradaban Islam” cetakan ke-4, November 2014, Diterbitkan oleh Amzah.
Rizem Aizid, “Sejarah Peradaban Islam Terlengkap” cetakan pertama, Mei 2015, Diva press.
Jurnal Pesantren, 1/Vol IX, 1992. hlm. 29
Dr. H. Dahlan Tamrin, M.Ag ‘Tasawuf Irfani Tutup Nasut Buka Lahut’, UIN-MALIKI PRESS 2010.




[1] Drs. Samsul Munir Amin, M.A “Sejarah Peradaban Islam” cetakan ke-4, November 2014, Diterbitkan oleh Amzah, halaman 306-309
[2] Dr. H. Dahlan Tamrin, M.Ag ‘Tasawuf Irfani Tutup Nasut Buka Lahut’, UIN-MALIKI PRESS 2010 Halaman 3
[3] Jurnal Pesantren, 1/Vol IX, 1992. hlm. 29
[4] Drs. Samsul Munir Amin, M.A “Sejarah Peradaban Islam” cetakan ke-4, November 2014, Diterbitkan oleh Amzah, halaman 310
[5] Drs. Samsul Munir Amin, M.A “Sejarah Peradaban Islam” cetakan ke-4, November 2014, Diterbitkan oleh Amzah, halaman 307
[6] Halaman 312-313
[7] Halaman 313
[8] Drs. Samsul Munir Amin, M.A “Sejarah Peradaban Islam” cetakan ke-4, November 2014, Diterbitkan oleh Amzah, halaman 313
[9] Rizem Aizid, “Sejarah Peradaban Islam Terlengkap” cetakan pertama, Mei 2015, Diva press.


Maliana Binti Rajalan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang , Indonesia

Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah


Fakultas Syariah

No comments:

Post a Comment

Pendidikan Menurut Perspektif Islam

Bagi umat Islam, al-Qur’an berfungsi sebagai penuntun kehidupan menuju jalan yang benar demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di a...