Tuesday, December 4, 2018

Pendidikan Menurut Perspektif Islam




Bagi umat Islam, al-Qur’an berfungsi sebagai penuntun kehidupan menuju jalan yang benar demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan yang dimaksud dapat dicapai manakala umat Islam mendasarkan segala aktifitasnya pada al-Qur’an (serta Hadits Nabi), baik aktivitas yang bersifat vertikal maupun horisontal. Karena al-Qur’an merupakan sebagai sumber ajaran dan sumber hukum yang paling utama bagi aktifitas umat Islam, maka konsep pendidikan Islam pun tidak terlepas dari al-Qur’an. 

Sumber dari Google Image

Secara umum, pendidikan Islam dimaknai dengan terma al-tarbiyah. Terma ini memiliki sinonim al-ta’dib dan al-ta’lim. Masing-masing memiliki makna yang berbeza sesuai dengan teks dan konteks kalimatnya, meskipun dalam hal tertentu bermakna sama.[1] Secara etimologis, al-tarbiyah adalah bentuk masdar dari kata rabba (fi’il madli, yang memiliki pengertian sama dengan makna kata rabba),substansi maknanya sama dengan kata rabb yang merupakan satu di antara nama Tuhan. Kendatipun dalam al-Qur’an tidak ditemukan istilah al-tarbiyah secara eksplisit, namun dalam al-Qur’an terdapat istilah yang identik dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, ribbiyun dan rabbani. Semua istilah tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeza-beza.

Apabila al-tarbiyah diidentikkan dengan al-rabb, maka al-tarbiyah bererti pemilik, tuan, Yang Maha Memperbaiki, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Mengubah, dan Yang Maha Menunaikan. Al-tarbiyah yang juga identik dengan al-rabb bermakna al-tanmiyah, berarti pertumbuhan dan perkembangan.[2] Tarbiyah yang memiliki kata dasar al-rabb mempunyai pengertian yang luas. Di antaranya berarti memiliki, menguasai, mengatur, memelihara, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, dan berarti pula mendidik. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, Allah sebagai al-rabb yang dikaitkan dengan al-’alamin sebagaimana dalam QS. al-Fatihah:2 dan al-rabb yang dikaitkan dengan al-nas sebagaimana dalam QS. al-Nas:1 berarti bahwa pada hakikatnya Allah mendidik, menumbuhkan, dan mengembangkan alam termasuk manusia secara berangsur-angsur sehingga sampai kepada derajat kesempurnaan.[3]

Apabila istilah al-tarbiyah diidentikkan dengan bentuk madi-nya rabbayani sebagaimana dalam QS al-Isra: 24, dari bentuk mudari’-nya nurabbi sebagaimana dalam QS. al-shu’ara: 18, maka al-tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, memproduksi, membesarkan dan menjinakkan. Menurut al-Razi, terma rabbayani tidak hanya pengajaran yang bersifat ucapan yang memiliki domain kognitif tetapi juga meliputi juga pengajaran tingkah laku yang memiliki domain afektif. Sedangkan menurut penafsiran Sayyid Qutb, kata rabbayani sebagai pemeliharaan terhadap anak dan menumbuhkan kematangan sikap mentalnya.

Bila didasarkan pada QS. ‘Ali Imran: 79 dan 146, pengertian al-tarbiyah (padanan kata rabbaniyyin dan ribbiyun) adalah transformasi ilmu pengetahuan dan sikap pada anak didik, yang mempunyai semangat tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya sehingga terwujud ketakwaan, budi pekerti, dan pribadi yang luhur. Kata ini juga memilikimakna kesempurnaan ilmu dan takwanya kepada Allah Swt. Adapun pendidikan dalam Islam yang diidentikkan dengan kata al-ta’lim di antaranya, menurut Rashid Rida, al-ta’lim adalah proses transmisi berbagaiilmu pengetahuan pada seseorang tanpa adanya batasan danketentuan tertentu. Pemberian definisi tersebut berpijak pada firman Allah QS. al-Baqarah: 31 tentang apa yang dilakukan Allah kepada NabiAdam. Sedangkan proses transmisi itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis nama-nama sesuatu yang diajarkan Allah kepadanya .

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian al-ta’lim lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya daripada istilah al-tarbiyah yang khusus berlaku bagi anak kecil. Hal ini karena al-ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Sedangkan al-tarbiyah, khusus pendidikan dan pengajaran fase bayi dan anak-anak.


Makna pendidikan yang identik dengan al-ta’lim didasarkan pada firman Allah QS. al-Baqarah 31:


وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”

Ayat ini dijadikan oleh Rashid Rida sebagai pijakan dalam mendefinisikan pendidikan dalam Islam. Menurutnya, pendidikan dalam Islam itu adalah al-ta’lim. al-ta’lim merupakan proses transmisi berbagaiilmu pengetahuan pada jiwa seseorang tanpa adanya batasan dan ketentuantertentu. Transmisi ilmu pengetahuan itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis nama-namasegala sesuatu yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Adapun pendidikan dalam Islam yang diidentikkan dengan kata al-ta’lim di antaranya, kata ta’dib, secara etimologis adalah bentuk masdar kata addaba yang berarti akhlaq, sinonimnya adalah budi pekerti, kelakuan yang baik, sopansantun. Kata al-ta’dib sepadan dengan kata al-ta’lim yang berasal darikata dasar ’allama, yang berarti mengajar, menanamkan keyakinan dan pengetahuan. Dalam kedua kata tersebut terkandung makna mengajar.
     Berdasarkan pemahaman tentang pendidikan Islam di atas, yang diartikulasikan dengan terma al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim, maka dapat diambil generalisasi sementara bahwa ketiga terma tersebut memang mengisyaratkan pendidikan. Akan tetapi bila dilakukan analisis secara mendalam paling tidak dapat dikatakan bahwa al-ta’dib lebih banyak bermuatan penanaman nilai, moral dan akhlak. Al-ta’lim lebih mengarah kepada aktivitas doktrinasi ilmu pengetahuan dan keterampilan. Terma pendidikan yang dikontekskan dengan kata Islam bukan sekedar transmisi ilmu, pengetahuan, dan teknologi tetapi sekaligus sebagai proses penanaman nilai karena hakikat pendidikan dalam al-Qur’an adalah menjadikan manusia bertakwa untuk mencapai kesuksesan (al-falah), baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Langgulung, manusia macam manaatau yang bagaimana yang ingin diciptakan melalui pendidikan .
     Berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan dengan argumentasinya masing-masing banyak dikemukakan para pakar pendidikan Islam. Pendapat tersebut berkisar pada kenyataan bahwa tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia yang menyembah atau beribadah dan berserah diri kepadaAllah, mengembangkan potensi, dan menanamkan akhlak mulia.
Firman Allah QS. al-Dhariyat: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ -٥٦-
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku”
     Selain untuk menjadikan hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya dan yang lebih mengenal Allah, berdasarkan ayat tersebut, tujuan pendidikana dalah untuk menciptakan hamba Allah yang memiliki karakter saleh secara sosial. Firman Allah QS. al-Furqan: 63: Artinya:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”
     Sesungguhnya yang menjadi fokus pendidikan Islam identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Muhammad Omar al-Toumy al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin menggariskan bahwa Islam datang adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlaq al-karimah. Yang dimaksud akhlaq al-karimah menurut al-Tabari sebagaimana mengutip hadith Nabi adalah perilaku luhur yang ditetapkan dalam al-Qur’an yang diajarkan oleh Allah . Adapun dalam pandangan Langgulung, Islam datang untuk memperbaiki keadaan manusia dan menyempurnakannya. Tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan manusia karena Islam mencerminkan agama yang sempurna. Berdasarkan prinsip ini, maka secara umum pendidikan dalam pandangan Islam yang termaaktub dalam al-Quran bertujuan pembentukan insan salih (manusia yang baik) dan beriman kepada-Nya serta pembentukan masyarakat yang saleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannnya.[4]
     Di samping itu, pendidikan dalam al-Qur’an memiliki tiga segi tujuan,yaitu tercapainya tujuan habl min Allah (hubungan dengan Allah), tercapai tujuan habl min al-nas (hubungan dengan manusia), dan tercapai tujuan habl min al-‘alam (hubungan dengan alam). Hal ini sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Ali Imran: 112
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ -١١٢-
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali(perjanjian) dengan manusia...”.
dan QS. al-A’raf: 56 berikut ini:
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا َ -٥٦-
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya”





[1] Muhajir, As’aril . Tujuan Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’An.At-Tahrir. No 2. 2011.
[2] Al-Razi, Fakhr. Tafsir Fakhr al-Razi. Teheran: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,t.t
[3] Al-Razi, Fakhr. Tafsir Fakhr al-Razi. Teheran: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,t.t
[4] Langgulung, Hasan. Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002)


Pendidikan Menurut Perspektif Islam

Bagi umat Islam, al-Qur’an berfungsi sebagai penuntun kehidupan menuju jalan yang benar demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di a...